SEJARAH PERKEMBANGAN BIDAN
Dalam sejarah , kebidanan merupakan salah satu profesi tertua didunia sejak sejak adanya peradaban umat manusia dimuka bumi ini . Hal ini terlihat dengan belum adanya sejarah yang mencatat kapan dimulainya pertolonga persalinan atau asuhan kebidanan yang pertama sekali dilakukan oleh bidan .
Bidan lahir sebagai seorang
wanita terpercaya dan bertanggung jawab dalam mendampingi dan menolong ibu ibu
yang melahirkan . Profesi ini telah mendudukkan peran dan posisi seorang bidan
menjadi lebih terhormat dimata mmasyarakat karena tugas yang diembannya sangat
mulia dalam upaya memberikan semangat dan dukungan secara psikologis kepada ibu
ibu.
Dahulu bidan hanya
memperoleh pengetahuan dari pengalaman penolong persalinan yang lain sehingga
dari pengalaman itu mereka dapat menjadi guru dalam kehidupan sehari hari .
Mereka dengan setia mendampingi dfan menolong ibu ibu dalam melahirkan sampai
sang ibu dapat merawat bayinya dengan baik .
Keberadaan bidan merupakan
suatu kebutuhan dan akan tetap demikian sepanjang peradaban umat manusia .
Seiring dengan perkembangan peradaban itu maka peran bidan sangat penting
mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan untuk
menjamin perilaku yang menunjang kesehatan ibu dan anak .
Oleh sebab itu bidan dimasa
sekarang dituntut memiliki kemampuan kognitif , kemampuan afektif , kemampuan
psikomotor dan kemampuan interaktif . Hal ini semua dapat terwujud bila seorang
bidan mampu menguasai konsep dasar ilmu kebidanan , keterampilan tambahan dan
perkembangannya juga mampu bersikap profesional sesuai dengan kode etik yang
telah ditetapkan , ditunjang dengan keterampilan dalam pemeriksaan antenal ,
pertolongan persalinan , masa nifas , pelayanan kebidanan keluarga berencana
serta asuhan bayi baru lahir dan anak anak , termasuk menyiapkan pasangan
menjadi orang tua yang baik .
Dalam menjalankan tugas dan
prakteknya , bidan bekerja berdasarkan pada pandangan filosofis yang dianut ,
keilmuan , dan metode kerja .
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
KEBIDANAN DI INDONESIA
PENDIDIKAN KEBIDANAN : FORMAL DAN NON
FORMAL
Berhubungan dengan
perkembangan pelayanan kebidanan , keduanya berjalan seiring untuk menjawab
kebutuhan / tuntuan masyarakat akan prlayaqnan kebidanan .
1851 : Pendidikan bidan dimulai
dibatavia oleh dr . W . Bosch . Pendidikan ini tidak berlangsung lama karena
kurangnya peserta disebabkan pembatasan bagi wanita keluar rumah .
1902 : Pendidikan bidan bagi wanita
pribumi di RS . Militer Di Batavia dan tahun 1904 bagi wanita indo di makassar ,
lulusannya harus bersedia untuk ditempatkan dimana saja tenaganya dibutuhkan dan
mau menolong masyarakat yang tidak / kurang mampu secara Cuma Cuma .
1911 / 1912 : Pendidikan keperawatan
di RSUP semarang dan batavia dengan dasar pendidikan SD . Pendidikan keperawatan
selama 4 tahun hanya untuk pria , tahun 1914 mulai diterima wanita selanjutnya
bagi wanita
dapat melanjutkan kependidikan
kebidanan .
1953 – 1938 : Pemerintah belanda
mulai mendidik bidan lulusan MULO ( SMP ) dan hampir bersamaan dibuka sekolah
bidan dibeberapa kota besar seperti RSB Budi kemuliaan ( jakarta ) , RSB palang
dua dan RSB mardi waluyo disemarang -> mulai dibuat peraturan yang membedakan
lulusan bidan berdasarkan latar belakang pendidikan .
1950 – 1953 : Sekolah bidan lulusan
SMP selama 3 tahun . Usia minimal 17 tahun melihat kebutuhan untuk menolong
persalinan maka dibuka pendidikan pembantu bidan ( Penjenang kesehatan E = PKE
yang berasal dari lulusan SMP + pendidikan bidan 2 tahun 1976 PK / E ditutup .
1953 : Kursus tambahan bidan ( KTB )
diyogyakarta , lama 7 – 12 minggu . Tahun 1960 KTB dipindahkan kejakarta .Tujuan
KTB adalah untuk memperkenalkan kepada bidan mengenai perkembangan program KIA
dalam pelayanan kesehatan masyarakat ,sebelum lulusan memulai tugasnya sebagai
bidan tahun 1967 KTB ditutup ( discontinuied )
1954 : Pendidikan guru bidan
dibandung 1972 dilebur menjadi SGP
1970 : PPB dari lulusan SPR + 2 tahun
yang disebut sekolah pendidikan lanjutan jurusan kebidanan .
1974 : Sekolah bidan ditutup dan
dibuka SPK dengan tujuan adanya tenaga multi purpose dilapangan dimana salah
satu tugasnya adalah menolong persalinan normal . Namun karena adanya perbedaan
falsafah dan kurikulum , terutama yang berkaitan dengan kemampuan seorang bidan
, maka tujuan pemerintah agar SPK dapat menolong persalinan tidak tercapai atau
terbukti tidak berhasil .
1975- 1984 : Institusi pendidikan
bidan ditutup , sehingga selama 10 tahun tidak menghasilkan bidan namun
organisasi profesi ( IBI ) tetap ada dan hidup secara wajar .
1985 : Program pendidikan bidan dari
lulusan SPR dan SPK lama pendidikan 1 tahun Pada saat itu dibutuhkan bidan yang
memiliki kewenangan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta KB
dimasyarakat .
1989 : Crash PPB secara nasional yang
memperbolehkan lulusan SPK langsung mengikuti PPB selama 1 tahun ( PPB A ) .
Lulusannya ditempatkan didesa dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan
ibu dan anak didaerah pedesaan dalam rangka meningkatkan kesehatan keluarga dan
menurunkan angka kematian ibu dan anak . Tahun 1996 à bidan PTT . Penempatan Bidan Didesa
à orientasi tenaga kesehatan berubah
selain kemempuan klinik bidan juga harus dilengkapi komunikasi , konseling dan
kemampuan untuk menggerakkan masyarakat desa dalam menaiikkan taraf kesehatan
ibu dasn anak . Lulusan ini ternyata tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan
seperti yang diharapkan sebagai bidan profesional karena lama pendidikan yang
singkat dan jumlah peserta didik yang sangat besar .
1993 : PPB B lulusan akper lama
pendidikan 1 tahun hasil penelitian terhadap kemampuan klinik tidak menunjukkan
kompetensi yang diharapkan karena lama pendidikan yang terlalu singkat . Tahun
1996 ditutup .
1993 : PPB C lulusan SMP , 6 semester
di 11 propinsi di indonesia .
1994 – 1995 : Diselenggarakan uji
coba pendidikan bidan jarak jauh ( distance Learning ) di jatim , jateng dan
jabar . Kebijakn ini untuk memperluas cakupan upaya peningkatan mutu nakes yang
sangat diperlukan dalam pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan .
1995 : DJJ ( Diklat jarak jauh )
dilaksanakan dengan menggunakan modul sebanyak 22 buah yang dikoordinir oleh
pusdiklat Depkes dan dilaksanakan oleh Bapelkes dipropinsi . Ditujukan untuk
meningkatkan pengetahuan sikap dan keterampilan bidan agar mampu melaksanakan
tugasnya dan diharapkan berdampak pada penurunan AKI dan AKB .
1994 : Pelatihan pelayanan
kegawatdaruratan maternal neonatal ( LSS = Life Saving Skill ) dengan materi
pembelajaran berbentuk 10 modul . Dinilai tidak efektif dari segi proses .
1995 : IBI bekerja sama dengan ACNM (
American College Of NURSE Midwife ) mengadakan training of Trainer .
1996 : Mulai dilakukan pendidikan
diploma III kebidanan diharapkan lulusannya dapat menjadi bidasn profesional dan
mampu berkontribusi positip pada penurunan AKI dan AKB , Mahasiswa yang di didik
berasal dari lulusan bidan , SPK dan SMU dengan lama pendidikan # tahun ( 6
semester = SMU dan SPK , 4 – 5 semester untuk bidan ) .
2000 : Telah ada tim pelatihan APN
yang dikoordinasi oleh MNH yang sampai saat ini telah melatih APN dibeberapa
propinsi kabupaten .
Selain melalui pendidikan
formal dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas pelayanan , juga diadakan
seminar dan lokakarya organisasi dengan materi pengembangan organisasi (
Organisation Development ) dilaksanakan setiap tahun sebanyak 2 kali ( 1996 )
dengan biaya dari unicef .
Pengembangan pendidikan
kebidanan seyogyanya dirancang secara berkesinambungan dan berlanjut sesuai
prinsip belajar seumur hidup bagi bidan yang mengabdi ditengah tengah
masyarakatnya . Pendidikan ini berkelanjutan ini bertujuan untuk mempertahankan
profesionalisme bidan baik melalui pendidikan formal maupun nonformal
.
Bidan juga telah
melaksanakan program menthorsip dimana bidan senior membimbing bidan junior
dalam konteks profesionalisme kebidanan .
Pengakuan / penghargaan
terhadap pengalaman bidan ( recognition of prior learning ) diharapkan dapat
lebih mempercepat upaya peningkatan kualitas bidan melalui pendidikan formal
tanpa mengabaikan apa yang telah dimiliki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar