Kamis, 13 Desember 2012

sejarah perkembangan bidan

SEJARAH PERKEMBANGAN BIDAN


Dalam sejarah , kebidanan merupakan salah satu profesi tertua didunia sejak sejak adanya peradaban umat manusia dimuka bumi ini . Hal ini terlihat dengan belum adanya sejarah yang mencatat kapan dimulainya pertolonga persalinan atau asuhan kebidanan yang pertama sekali dilakukan oleh bidan .
          Bidan lahir sebagai seorang wanita terpercaya dan bertanggung jawab dalam mendampingi dan menolong ibu ibu yang melahirkan . Profesi ini telah mendudukkan peran dan posisi seorang bidan menjadi lebih terhormat dimata mmasyarakat karena tugas yang diembannya sangat mulia dalam upaya memberikan semangat dan dukungan secara psikologis kepada ibu ibu.
          Dahulu bidan hanya memperoleh pengetahuan dari pengalaman penolong persalinan yang lain sehingga dari pengalaman itu mereka dapat menjadi guru dalam kehidupan sehari hari . Mereka dengan setia mendampingi dfan menolong ibu ibu dalam melahirkan sampai sang ibu dapat merawat bayinya dengan baik .
          Keberadaan bidan merupakan suatu kebutuhan dan akan tetap demikian sepanjang peradaban umat manusia . Seiring dengan perkembangan peradaban itu maka peran bidan sangat penting mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan untuk menjamin perilaku yang menunjang kesehatan ibu dan anak .
          Oleh sebab itu bidan dimasa sekarang dituntut memiliki kemampuan kognitif , kemampuan afektif , kemampuan psikomotor dan kemampuan interaktif . Hal ini semua dapat terwujud bila seorang bidan mampu menguasai konsep dasar ilmu kebidanan , keterampilan tambahan dan perkembangannya juga mampu bersikap profesional sesuai dengan kode etik yang telah ditetapkan , ditunjang dengan keterampilan dalam pemeriksaan antenal , pertolongan persalinan , masa nifas , pelayanan kebidanan keluarga berencana serta asuhan bayi baru lahir dan anak anak , termasuk menyiapkan pasangan menjadi orang tua yang baik .
          Dalam menjalankan tugas dan prakteknya , bidan bekerja berdasarkan pada pandangan filosofis yang dianut , keilmuan , dan metode kerja .

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEBIDANAN DI INDONESIA

          PENDIDIKAN KEBIDANAN : FORMAL DAN NON FORMAL

          Berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan , keduanya berjalan seiring untuk menjawab kebutuhan / tuntuan masyarakat akan prlayaqnan kebidanan .

1851 : Pendidikan bidan dimulai dibatavia oleh dr . W . Bosch . Pendidikan ini tidak berlangsung lama karena kurangnya peserta disebabkan pembatasan bagi wanita keluar rumah .
1902 : Pendidikan bidan bagi wanita pribumi di RS . Militer Di Batavia dan tahun 1904 bagi wanita indo di makassar , lulusannya harus bersedia untuk ditempatkan dimana saja tenaganya dibutuhkan dan mau menolong masyarakat yang tidak / kurang mampu secara Cuma Cuma .
1911 / 1912 : Pendidikan keperawatan di RSUP semarang dan batavia dengan dasar pendidikan SD . Pendidikan keperawatan selama 4 tahun hanya untuk pria , tahun 1914 mulai diterima wanita selanjutnya bagi wanita
dapat melanjutkan kependidikan kebidanan .
1953 – 1938 : Pemerintah belanda mulai mendidik bidan lulusan MULO ( SMP ) dan hampir bersamaan dibuka sekolah bidan dibeberapa kota besar seperti RSB Budi kemuliaan ( jakarta ) , RSB palang dua dan RSB mardi waluyo disemarang -> mulai dibuat peraturan yang membedakan lulusan bidan berdasarkan latar belakang pendidikan .
1950 – 1953 : Sekolah bidan lulusan SMP selama 3 tahun . Usia minimal 17 tahun melihat kebutuhan untuk menolong persalinan maka dibuka pendidikan pembantu bidan ( Penjenang kesehatan E = PKE yang berasal dari lulusan SMP + pendidikan bidan 2 tahun 1976 PK / E ditutup .
1953 : Kursus tambahan bidan ( KTB ) diyogyakarta , lama 7 – 12 minggu . Tahun 1960 KTB dipindahkan kejakarta .Tujuan KTB adalah untuk memperkenalkan kepada bidan mengenai perkembangan program KIA dalam pelayanan kesehatan masyarakat ,sebelum lulusan memulai tugasnya sebagai bidan tahun 1967 KTB ditutup ( discontinuied )
1954 : Pendidikan guru bidan dibandung 1972 dilebur menjadi SGP
1970 : PPB dari lulusan SPR + 2 tahun yang disebut sekolah pendidikan lanjutan jurusan kebidanan .
1974 : Sekolah bidan ditutup dan dibuka SPK dengan tujuan adanya tenaga multi purpose dilapangan dimana salah satu tugasnya adalah menolong persalinan normal . Namun karena adanya perbedaan falsafah dan kurikulum , terutama yang berkaitan dengan kemampuan seorang bidan , maka tujuan pemerintah agar SPK dapat menolong persalinan tidak tercapai atau terbukti tidak berhasil .
1975- 1984 : Institusi pendidikan bidan ditutup , sehingga selama 10 tahun tidak menghasilkan bidan namun organisasi profesi ( IBI ) tetap ada dan hidup secara wajar .
1985 : Program pendidikan bidan dari lulusan SPR dan SPK lama pendidikan 1 tahun Pada saat itu dibutuhkan bidan yang memiliki kewenangan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta KB dimasyarakat .
1989 : Crash PPB secara nasional yang memperbolehkan lulusan SPK langsung mengikuti PPB selama 1 tahun ( PPB A ) . Lulusannya ditempatkan didesa dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak didaerah pedesaan dalam rangka meningkatkan kesehatan keluarga dan menurunkan angka kematian ibu dan anak . Tahun 1996 à bidan PTT . Penempatan Bidan Didesa à orientasi tenaga kesehatan berubah selain kemempuan klinik bidan juga harus dilengkapi komunikasi , konseling dan kemampuan untuk menggerakkan masyarakat desa dalam menaiikkan taraf kesehatan ibu dasn anak . Lulusan ini ternyata tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan seperti yang diharapkan sebagai bidan profesional karena lama pendidikan yang singkat dan jumlah peserta didik yang sangat besar .
1993 : PPB B lulusan akper lama pendidikan 1 tahun hasil penelitian terhadap kemampuan klinik tidak menunjukkan kompetensi yang diharapkan karena lama pendidikan yang terlalu singkat . Tahun 1996 ditutup .
1993 : PPB C lulusan SMP , 6 semester di 11 propinsi di indonesia .
1994 – 1995 : Diselenggarakan uji coba pendidikan bidan jarak jauh ( distance Learning ) di jatim , jateng dan jabar . Kebijakn ini untuk memperluas cakupan upaya peningkatan mutu nakes yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan .
1995 : DJJ ( Diklat jarak jauh ) dilaksanakan dengan menggunakan modul sebanyak 22 buah yang dikoordinir oleh pusdiklat Depkes dan dilaksanakan oleh Bapelkes dipropinsi . Ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan keterampilan bidan agar mampu melaksanakan tugasnya dan diharapkan berdampak pada penurunan AKI dan AKB .
1994 : Pelatihan pelayanan kegawatdaruratan maternal neonatal ( LSS = Life Saving Skill ) dengan materi pembelajaran berbentuk 10 modul . Dinilai tidak efektif dari segi proses .
1995 : IBI bekerja sama dengan ACNM ( American College Of NURSE Midwife ) mengadakan training of Trainer .
1996 : Mulai dilakukan pendidikan diploma III kebidanan diharapkan lulusannya dapat menjadi bidasn profesional dan mampu berkontribusi positip pada penurunan AKI dan AKB , Mahasiswa yang di didik berasal dari lulusan bidan , SPK dan SMU dengan lama pendidikan # tahun ( 6 semester = SMU dan SPK , 4 – 5 semester untuk bidan ) .
2000 : Telah ada tim pelatihan APN yang dikoordinasi oleh MNH yang sampai saat ini telah melatih APN dibeberapa propinsi kabupaten .
          Selain melalui pendidikan formal dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas pelayanan , juga diadakan seminar dan lokakarya organisasi dengan materi pengembangan organisasi ( Organisation Development ) dilaksanakan setiap tahun sebanyak 2 kali ( 1996 ) dengan biaya dari unicef .
          Pengembangan pendidikan kebidanan seyogyanya dirancang secara berkesinambungan dan berlanjut sesuai prinsip belajar seumur hidup bagi bidan yang mengabdi ditengah tengah masyarakatnya . Pendidikan ini berkelanjutan ini bertujuan untuk mempertahankan profesionalisme bidan baik melalui pendidikan formal maupun nonformal .
          Bidan juga telah melaksanakan program menthorsip dimana bidan senior membimbing bidan junior dalam konteks profesionalisme kebidanan .
          Pengakuan / penghargaan terhadap pengalaman bidan ( recognition of prior learning ) diharapkan dapat lebih mempercepat upaya peningkatan kualitas bidan melalui pendidikan formal tanpa mengabaikan apa yang telah dimiliki

Tidak ada komentar:

Posting Komentar